Keberadaan Grand Mall Menyebabkan Petani Menderita

oleh -11 Dilihat
oleh

MAROS, HR – Sangat miris nasib para petani yang berada di belakang grand mall, karena tidak dapat termanfaatkan sawahnya selama 2 tahun terakhir.

Solong, selaku Ketua RT lingkungan Bontoa menjelaskan bahwa sawah tersebut tidak tergarap mulai pada saat penimbunan lokasi grand mall sampai sekarang in. Memang penyebab utamanya adalah keberadaan grand mall. Meski begitu pihak managemen tidak juga memberi solusi untuk pemanfaatan lainnya.

Ketua RT Bontoa, Solong

Di utarakan Solong adapun sawah yang berdampak atas keberadaan Grand Mall berakibat 4 petani penggarap , yaitu: 1.Nurbaya Kuddus(Muhadi), 2.St.Aminah Panggul, 3.DG.Tiro (Sunu) dan 4.Hj.Madayang (Hamka Nursal) mengalami kesulitan hidup. Karena para penggarap sawah tersebut tidak memiliki pekerjaan selain bercocok tanam di sawah. Semenjak sawahnya jadi kubangan dan beralih fungsi jadi areal peresapan air, mereka terpaksa kerja serabutan.

“Kesehariannya saat ini pemilik sawah ada yang jadi tukang batu, ada juga yang jadi tukan parkir di pasar, ikut membantu rumah tangga. Dengan tanpa kenal lelah demi kelansungan hidup keluarganya. Mereka hanya korban akibat dari perkembangan dan kemajuan pembangunan daerah tanpa memikirkan sisi lainnya manfaat ekonomi lingkungan, yang seharusnya menjadi fokus perhatian,” terangnya.

Salah seorang aktivis lingkungan setempat, Anies putra mengutarakan bahwa dari sisi lingkungan hidup keberadaan grand mall terhadap sawah tersebut sebenarnya bukan karena persoalan drainaise sebagai alternatif pembuangan air. Akan tetapi kajian lingkungan hidupnya yang tidak matang.

“Pandangan saya sebagai pemerhati lingkungan harusnya perencanaan awal dan analysis lingkungan hidup harus di matangkan. Dicontohkan bahwa perencanaan dampak lingkungan sosial tidak ada perencanaan matang, dimana masyarakat petani sebagai pelaku ekonomi keluarga sederhana yang tidak terakomodir,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Anies, analysis dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar juga tidak optimal. Jangan hanya karena iming – iming akan merekrut tenaga kerja lokal, tetapi merugikan masyarakat kecil di sekitar area lingkungan grand mall.

Sawah tidak bisa ditanami lagi

“Pihak grand mall tidak dapat melempar tanggung jawab begitu saja terhadap keadaan yang dialami masyarakat sekitar. Harusnya peka dan tanggap, memberi solusi dan bertanggung jawab terhadap masyarakat petani tersebut yang sudah dirugikan,” tegasnya.

Salah satu solusi efektif menurut pemerhati lingkungan ini, secara detail terkait AMDAL lingkungan dan AMDAL LALING. Seharusnya pihak grand mall mengeksekusi lahan persawahan itu dan menjadikannya alternatif jalan keluar untuk mengurangi kemacetan terhadap kedatangan pengunjung yang makin hari semakin meninggkat dan ramai.

Kata Anies agar tuntutan demi tuntutan dan proteksi dari warga sekitar tidak lagi sering diributkan.

Ketua RT Bontoa, Solong berharap solusi terbaik dari pihak grand mall, baik masalah banjir maupun persawahan warga saya yang diterlantarkan sekian lama tanpa adanya hasil sedikit pun.

“Jujur saya sampaikan bahwa warga saya sudah sangat geram melihat seluruh kejadian di depan mata, apa lagi kehidupan pemilik sawah. Saya tidak perlu lagi diajak pihak grand mall turun ke lapangan, hanya untuk berfoto foto saja tanpa ada tindakan dan solusi. Saya juga merasa capek di pus trus oleh warga saya,” ungkapnya.

Sudah dua tahun lamanya saya terus begini. Namun hingga saat ini masih saja tidak ada solusi yang diberikan oleh pihak grand mall,” tambah Solong.

Untuk itu Solong berharap keluhan seluruh warganya di lingkungan Bontoa utamanya, para pemilik sawah mendapat jalan keluar.

“Selain itu karena saya sudah lelah dengan kondisi ini, meminta kepada pihak LSM lingkungan hidup dan pemerhati lainnya untuk mempresure pihak management PT.Anugera Sukses Lestari agar turun tangan menyelesaikan semua permasalahan ini,” pintanya.

Solong berpendapat tidak perlu lagi ke manager grand mall atau manager grand town hotel. Tidak ada gunanya lagi, selama ini hanya ke lapangan terus, sudah dua tahun tanpa solusi.

“Seharusnya ketika sebuah persoalan tidak dapat diselesaikan pada tingkatan management menengah, yang harus turun tangan adalah top management. Dikuatirkan berlarut larutnya ini masalah menyebabkan munculnya persoalan baru, yang tidak diperkirakan, karena sangat jauh beda ketika top management yang turun tangan dalam penyelesaian masalah ketimbang para manager,” paparnya. hamzan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.