Germas Cegah Penyakit Tidak Menular

MUARA TEWEH, HR – Dalam rangka penguatan implementasi kebijakan lintas sektor Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kab Barito Utara di aula Bappeda Litbang , Muara Teweh, Senin (22/10/2018).

Sekretaris Daerah Kabupaten Barito Utara, Jainal Abidin saat membuka kegiatan mengutarakan tujuan penguatan implementasi kebijakan lintas sektor terkait Germas yakni meningkatkan dan mengidetifikasi kontribusi lintas sektor yang dapat mendukung Germas.

Selain itu, kata dia, kegiatan eksisting maupun kegiatan baru yang direncanakan masuk ke dalam dokumen perencanaan tahun berikutnya. Hal tersebut juga terkait dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI Nomor ll Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Surat Edaran Bupati Barito Utara Nomor  440/ 07/2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

“Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017, Kementerian/lembaga BPJS Kesehatan dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk mewujudkan Germas,” ujarnya.

Jainal Abidin menyebutkan pada tingkat daerah, koordinasi perencanaan dan pelaksanaan Germas menjadi tanggung jawab gubernur dan bupati serta walikota yang didelegasikan kepada sekretariat daerah atau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Menurutnya,  pada tingkat kabupaten, koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan melibatkan seluruh OPD, pemerintah desa dan pemangku kepentingan terkait.

“Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,” jelas Jainal Abidin.

Saat ini, papar dia, Indonesia tengah menghadapi tantangan serius berupa beban ganda penyakit. Perubahan gaya hidup masyarakat ditenggarai menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit transisi epidemiologi dalam 30 tahun terakhir.

Pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), tuberkulosis (TBC), dan Diare.

Meningkatnya kasus PTM, tambahnya, akan menambah beban pemerintah dan masyarakat karena penanganannya membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi.

“Biaya untuk pengobatan penyakit tidak menular (PTM) yang sangat besar dapat menyebabkan kemiskinan atau pengeluaran katastropik,” ucapnya.

Dia juga mengatakan kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh kasus PTM juga menyebabkan hilangnya potensi atau modal sumber daya manusia dan menurunnya produktivitas yang pada akhimya akan mempengaruhi pembangunan sosial ekonomi.

“Promotif dan preventif merupakan upaya yang sangat efektif untuk mancegah meningkatnya angka kematian dan kesakitan,” kata Jainal.

Dia mengingatkan, pencengahan penyakit akan sangat tergantung pada perilaku individu yang didukung oleh kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana serta dukungan regulasi untuk hidup sehat, Inilah mengapa diperlukan keleterlibatan aktif seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah, sektor non pemerintah dan masyarakat. mps

[rss_custom_reader]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *