Gelar Karya Seni Sebagai Bentuk Protes Seniman Klaten Terhadap Pemkab

oleh -17 Dilihat
oleh
Perupa, Totok dan karyanya

KLATEN, HR – Sebanyak 30 karya seni lukis dibuat oleh sekitar 15 seniman asal Klaten dipamerkan dalam pagelaran yang bertajuk “ Klaten Bhineka-Art “ bertempat di Monumen Juang 45 Sangkal Putung Klaten.

Acara tersebut diselenggarakan mulai tanggal 29 Juni sampai 2 Juli 2018. Pameran yang digagas oleh Sanggar Seni Lima Benua bekerjasama dengan Ekosistem atau Yayasan Air Mengalir (Pra Klaten Biennale II) ini sebagai bentuk kritikan terhadap pemerintah Kabupaten Klaten yang dianggap kurang mengayomi keberadaan pegiat seni.

Salah satu anggota sanggar seni Lima Benua, Totok mengungkapkan selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten masih mempersulit perijinan terkait penyelenggaraan pagelaran seni. Belum adanya keberpihakan pemerintah tersebut membuat sejumlah seniman yang ada di Klaten sulit untuk maju.

“Pameran tersebut untuk membuka mata pemerintah kabupaten Klaten atas keberadaan seniman yang selama ini terabaikan dan seakan mati suri,” jelasnya, seraya berharap pelaku seni di Klaten diberikan wadah untuk berkarya.

Selain itu kata Totok, pameran seni ini merupakan kritik pemerintah yang selama ini hanya mengedepankan seni Wayang Kulit dan Ketoprak. Alhasil, karya seni yang ada di Klaten hanya sebatas keindahan yang tidak ada nilai jualnya. Bahkan sebagian masyarakat menganggap seniman dipandang sebelah mata sebagai kelompok atau komunitas yang hanya mampu berkhayal tanpa kerja nyata.

Namun Totok menjelaskan, bahwa di balik karya-karya Perupa yang didasari kegelisahan atas sebuah kondisi realitas kontekstual, akan mampu menciptakan ruang-ruang apresiasi yang komunikatif serta dialektis manakala masyarakat mau terlibat dalam apresiasi hasil karya yang dipamerkan.

“Kami menggelar acara pameran seni rupa kali ini sesuai tema supaya bisa memajukan seni kontemporer di Klaten serta mampu meningkatkan apresiasi publik dan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang baik dan benar.“ pungkas Totok. ani sumadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.