MELAWI, HR – Sudah berakhir tahun 2018, namun harga gas melon (gas elpiji 3 Kg) masih saja melambung tinggi di pasar eceran di Kota Kabupaten Melawi. Dan harganya pun bervariasi, mulai dari harga terendah Rp27 ribu hingga harga tertinggi tembus Rp33 sampai Rp35 ribu dan di kampung pelosok tembus sampai 50 ribu per tabung melon.
Kondisi ini terus berlanjut, bahkan hingga kini sepertinya tidak mendapat respon dari pihak pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kabupaten Melawi terkait gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kg yang kanaikannya sudah melampaui 100 persen lebih hingga ke tingkat meresahkan warga masyarakat tersebut.
Tokoh Pemuda Desa Sidomulyo, Didik Purnomo SH menyatakan kepada Media HR, Minggu (24/2/2019), bahwa dirinya menukarkan tabung pembelian gas bersubsidi itu di kios pengecer seharga Rp30 ribu.
“Mau beli ke pangkalan tidak setiap saat ada dan buka, sementara kebutuhan harus terpenuhi. Akhirnya meski harganya mahal yang melambung tinggi, mau tak mau terpaksa dibeli,” ungkapnya.
Menurutnya hampir semua pangkalan apabila gas elpiji bersubsidi masuk di bongkar di pangkalan terlihat sudah antrian pebisnis kecil-kecilan dengan membawa puluhan tabung yang berani membayar lebih tinggi dari konsumen dengan HET Rp18 ribu. Dan kalau warga langsung ambek ke pangkalan sama harganya di pengeceran Rp 27.000 pertabung.
Herry Harjomo SE, selaku wakil keua I LP-KPK Komcab Melawi. Ia warga Desa Paal Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melaw menerangkan hal yang sama, bahwa dirinya mengaku sangat sulit mencari gas ukuran 3 Kg. Karena sebahagian besar kios eceran menjual paling rendah dengan harga Rp27 ribu, 28 ribu sampai 30 ribu per tabung.
“Akibat melangitnya harga gas bersubsidi ini, kami sebagai warga masyarakat kebanyakan dan penjual makanan kelas bawah merasa kecewa, karena sudah melewati batas harga gas bersubsidi ini, belum juga teratasi, dan ini jelas sudah sangat meresahkan,” pungkasnya. Abd.