DENPASAR, HR – Pada Februari 2025, secara Month To Month (MTM) Prov. Bali mengalami deflasi sebesar 0,57 persen dibandingkan Januari 2025. Kelompok pengeluaran tertinggi yang menyebabkan deflasi yakni Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga yakni turun sebesar 3,66 persen.
Adapun komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah tarif listrik yang memberikan andil sebesar 0,50 persen. Diikuti bawang merah sebesar 0,10 persen, cabai rawit sebesar 0,08 persen, sawi hijau sebesar 0,07 persen, dan tomat sebesar 0,06 persen.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Prov. Bali, Kadek Agus Wirawan dalam wawancaranya mengatakan adanya diskon tarif listrik mempengaruhi terjadinya deflasi di Bali pada Februari 2025.
“Masih dirasakan dampak kebijakan pemerintah memberikan diskon tarif listrik 50 persen selama Januari – Februari untuk pelanggan pasca bayar, walaupun diskon sudah berlangsung dari januari dampaknya masih terasa karena ada segmen prabayar yang merasakan langsung dampaknya pada Februari,” ungkapnya.
Selain itu, ia mengatakan adanya kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah pusat tidak berkaitan langsung dengan adanya deflasi di Bali.
“Memang deflasi ini dari pencatatan kami murni disebabkan dominan oleh tarif dasar listrik tadi. Mungkin kalau dikaitkan dengan teori ekonomi lain pengaruh kebijakan pemerintah pasti ada, apalagi sifatnya masif nasional tapi dari catatan kami memang tidak secara langsung bisa disimpulkan seperti itu, harus dilihat lebih dalam lagi komoditas apa saja,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menerangkan komoditas dengan andil terbesar penahan laju deflasi bulanan antara lain Bensin (0,03%), Pepes (0,03%), Wortel (0,02%), Daging Babi (0,02%), Iuran Pembuangan Sampah (0,02%), dan Bahan Bakar Rumah Tangga (0,02%).
Sedangkan perkembangan tingkat inflasi year on year Prov. Bali di bulan Februari 2025 meningkat sebesar 1,21 persen. Kelompok pengeluaran tertinggi yang menyebabkan inflasi tahunan yakni Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,55 persen. dyra