JAKARTA, HR – Pemerintahan Jokowi-JK terus mendorong tumbuhnya usaha dari sektor swasta. Karena sektor ini memiliki daya serap tenaga kerja yang sangat besar. Untuk mendorong tumbuhnya usaha dari sektor swasta, Kementerian Perindustrian gencar melahirkan wirausaha industri baru, termasuk sektor usaha rintisan (startup). Apalagi saat ini menghadapi era ekonomi digital, pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) perlu memanfaatkan teknologi manufaktur terkini dan peluang e-commerce.
“Keberadaan startup sekarang sangat dibutuhkan untuk menjual produk-produk IKM lokal kita semakin meningkat serta menumbuhkan perdagangan melalui e-commerce,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (7/2).
Gati menyebutkan, pemerintah menargetkan bisa membawa 20 IKM untuk menjadi startup. Angka ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan tahun lalu yang berhasil mencetak sembilan IKM sebagai startup.
“Tahun 2014, kami bawa lima IKM jadi startup. Selanjutnya, di 2015 ada delapan IKM jadi startup, dan tahun 2016 naik menjadi 11 IKM yang kami bawa jadi startup,” ungkapnya.
Guna mewujudkan sasaran tersebut, Kemenperin memiliki program strategis untuk mengedukasi para pelaku IKM nasional agar mampu memasarkan produknya melalui marketplace.
“Kami sudah membuat platform digital, yang dinamakan e-Smart IKM. Program ini telah dimulai sejak tahun lalu sebagai sarana perluasan pasar IKM kita,” lanjut Gati.
Dalam program pembinaan pelaku IKM, Kemenperin juga telah bekerjasama dengan PT Ruang Raya Indonesia (ruangguru.com) tentang peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) sektor industri melalui pemanfaatan teknologi informasi digital.
“Salah satunya melalui pembinaan program e-Smart IKM. Kerja sama melalui pemanfaatan konten digital ini diharapkan dapat meningkatan efektivitas program pengembangan industri,” ujar Gati.
Hal senada pun disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, melalui platform Ruangguru, pihaknya akan terus mendorong pembangunan kapasitas SDM lokal termasuk dalam pengembangan IKM supaya semakin produktif dan berdaya saing.
“Indonesia sebagai negara ke-9 yang kontribusi sektor manufakturnya terbesar di dunia, sudah waktunya e-marketplace diisi oleh produk-produk dalam negeri,” ujarnya.
Menurut Menperin, tahun depan merupakan tahunnya ekonomi di Asean, dengan didorongnya digital connectiondan Indonesia sebagai hub atau menjadi core digitalyang memacu produk-produk IKM bisa meramaikan pasar Asean dengan potensi mencapai 500 juta jiwa.
Kemenperin mencatat, pertumbukan IKM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah unit usaha IKM yang terus meningkat, di mana tahun 2015 berada pada angka 3,68 juta IKM, naik menjadi 4,41 juta IKM tahun 2016. Pada triwulan II tahun 2017, telah mencapai 4,59 IKM.
Sementara itu, nilai tambah IKM dari tahun ke tahun juga terus mencatatkan angka yang positif. Tahun 2015, nilai tambah IKM sebesar Rp439,86 triliun, naik menjadi Rp510,88 triliun di tahun 2016, dan pada triwulan II 2017 mampu mencapai Rp540,88 triliun.
Virtual Sentra IKM
Kementerian Perindustrian aktif mendorong para industri kecil dan menengah (IKM) untuk memasarkan produknya di marketplace. Sejalan kebijakan itu, Direktorat Jenderal IKM Kemenperin telah membuat infrastruktur sarana perluasan pasar e-Smart IKM yang telah dimulai pada tahun lalu.
Adapun sembilan komoditas unggulan yang didorong masuk ke dalam e-Smart IKM, yaitu makanan dan minuman, logam, kosmetik, perhiasan, kerajinan, herbal, suku cadang kendaraan, furnitur, dan fesyen.
“Kami akan mengembangkan industri yang memiliki bahan baku lokal,” ungkap Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningish di Jakarta, Rabu (7/2).
Dalam implementasi program e-Smart IKM, Kemenperin sudah menjalin kerja sama dengan beberapa marketplace lokal, antara lain BliBli, Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Blanja. Sepanjang tahun 2017, sebanyak 1736 IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM. Pada tahun 2018, ditargetkan bisa mencapai 4000 IKM dan bertambah hingga 5000 IKM tahun 2019.
“Nantinya sarana infrastruktur perluasan pasar e-Smart IKM diharapkan menjadi ‘Virtual Sentra IKM’ yang akan meningkatkan daya saing produk serta mempermudah akses pasar dalam negeri maupun global,” papar Gati.
Menurutnya, e-Smart IKM memberikan jaminan produk, jaminan keamanan dan jaminan standard.
“Konsep dari pembinaan e-Smart IKM ini kami balik dari hilir ke hulu. Jadi, melihat pasarnya dahulu, kemudian mengetahui apa yang diproduksi,” jelasnya.
Program e-Smart IKM ini diyakini akan meningkatkan daya saing IKM nasional agar semakin kompetitif di kancah internasional. Untuk itu, adanya serbuan produk impor yang beredar melalui pasar online saat ini, Gati berharap kepada IKM lokal bisa ikut meramaikan produk-produknya.
“Semoga IKM dalam negeri dapat memperluas pasar produknya serta lebih dikenal oleh masyarakat nasional hingga internasional,” imbuhnya.
Gati menjelaskan, melalui workshop e-Smart IKM, peserta dibekali pelatihan selama dua hari meliputi pengetahuan untuk peningkatan daya saing dan produktivitas usahanya serta sosialisai fasilitas yang bisa diakses dari Kemenperin. Materi tersebut berupa informasi mengenai kredit usaha rakyat (KUR) yang bekerjasama dengan BNI dan memperkenalkan teknis akunting sederhana dari Bank Indonesia bagi IKM agar mereka bisa memperoleh KUR.
Selain itu, diberikan informasi mengenai restrukturisasi mesin dan peralatan, standarisasi produk, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), SNI wajib, sertifikasi untuk pangan, kemasan produk, pengenalan produk, serta pengetahuan-pengetahuan mengenai pengembangan produk dan strategi penetapan harga. Pada hari kedua, peserta workshop e-Smart IKM juga diberikan pengetahuan tentang cara foto produk, mengunggah foto dan cara berjualan di marketplace.
Gati menambahkan, pembinaan program e-Smart IKM itu tidak berhenti pada dua hari workshop saja.
“Kepada para IKM yang hasil produksinya belum laku di marketplace, akan dilakukan pembinaan lanjutan berupa pelatihan SDM, pendampingan proses produksi, desain produk dan kemasan, serta bantuan mesin dan peralatan melalui program restruksturisasi,” jelasnya. tim