MAJALENGKA, HR – Semua ini berawal dari sebuah mimpi kecil. Mimpi sederhana, yang mungkin tak terlihat megah di mata orang lain, tapi sarat dengan harapan: bahwa satu sentuhan bisa mengubah segalanya.
Itulah yang diyakini Yessi Sovia, seorang perempuan yang kini dikenal luas bukan hanya sebagai perias wajah, tetapi sebagai penjaga rasa dan pencipta percaya diri bagi ribuan perempuan di hari paling bersejarah dalam hidup mereka—hari pernikahan.
Sepuluh tahun telah berlalu sejak ia mengambil langkah pertamanya. Dalam perjalanannya, Yessi tidak sekadar membubuhkan warna di wajah. Ia menghadirkan ketenangan, menyulam keyakinan, dan memulihkan rasa percaya diri dari balik kuas yang ia pegang.
“Saya percaya bahwa make-up bukan hanya soal tampilan luar. Ia adalah seni menyentuh jiwa, membuat seseorang berdiri lebih tegak, lebih yakin, dan lebih bahagia,” ujar Yessi dengan mata berbinar, mengenang awal perjalanannya.
Dari balik cermin, begitu banyak wajah telah ia temui. Ada yang menangis haru saat melihat bayangan dirinya berubah menjadi mempelai. Ada yang tersenyum malu-malu saat gaun dikenakan untuk pertama kalinya. Dan tak sedikit yang akhirnya berdiri di altar cinta dengan penuh keyakinan—berterima kasih dalam diam atas sentuhan lembut Yessi yang menghadirkan rasa percaya diri yang begitu dalam.
Setiap helai bulu mata yang ia rapikan, setiap pulasan warna di bibir yang ia poles dengan hati-hati, adalah bagian dari sebuah kisah yang tak pernah sama. Karena bagi Yessi, setiap perempuan adalah cerita baru. Setiap wajah adalah dunia berbeda yang harus ia pahami dan hormati.
“Saya belajar bukan hanya merias, tapi membaca bahasa tubuh, menangkap kecemasan yang terselip di balik senyuman, lalu perlahan meredakannya,” tambahnya.
Kini, tepat sepuluh tahun sejak mimpi itu dimulai, Yessi melihat ke belakang dengan hati penuh syukur. Perjalanan ini bukan sekadar tentang profesi. Ini adalah dedikasi—tentang kesetiaan untuk menghadirkan keindahan yang sesungguhnya: keindahan yang membuat perempuan merasa cukup, merasa berharga, dan merasa dicintai.
Sepuluh tahun bukan hanya angka. Ia adalah seribu momen penuh haru. Seribu senyum dari balik cermin. Seribu langkah mantap menuju altar dengan rasa percaya yang tak tergantikan. Dan semuanya, berawal dari mimpi kecil, yang kini telah tumbuh menjadi cermin bahagia bagi begitu banyak hati. lintong