Berawa Beach Arts Festival, Siap Pecah Rekor dengan 5.555 Penari

oleh -1.5K views
oleh
Konferensi pers event Berawa Beach Arts Festival di LV8, Desa Tibubeneng, Kuta Utara Badung.

BALI, HR – Perhelatan Budaya dan Kesenian di Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, mungkin akan tercatat dalam rekor. Ajang budaya dan pariwisata bertajuk “Berawa Beach Arts Festival” yang mengeksplore potensi masyarakat pesisir Pantai Berawa di Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara, Badung, salah satu atraksi menariknya berupa pemecahan Rekor Muri yakni Tarian Kecak Kolosal yang melibatkan 5.555 penari.

Sebagai kawasan pesisir, Desa Tibubeneng, bukan nama baru bagi wisatawan yang menyukai pantai. Desa Tibubeneng sendiri masih menyimpan keindahan pantai. Apalagi bagi pengemar selancar air atau surfing. Nama Pantai Berawa tak asing lagi. Kab Badung yang mengandalkan dunia pariwisata tentu harus melakukan inovasi dalam mempertahankan kunjungan wisatawan. Itulah dasarnya tercetus pariwisata berbasis komunitas, kawasan Pantai Berawa di Desa Tibubeneng Kuta Utara, kini mulai berbenah agar lebih dikenal mancanegara dan domestik.

Desa Tibubeneng yang memiliki ombak indah seperti Pantai Berawa, sudah mulai populer di kalangan wisatawan. Hal ini terlihat dari mulai ramainya kunjungan wisatawan lokal maupun asing di beberapa cafe dan restaurant di sepanjang Pantai Berawa. Walau tak sepopuler pantai lainnya seperti Kuta atau Nusa Dua.

Berangkat dari kondisi itu, lahirlah gagasan festival bernuansa pesisir, untuk memberdayakan masyarakat setempat serta mampu mempromosikan pariwisatanya, yakni Festival bertajuk ”Berawa Beach Arts Festival” dengan tema “Pasisi Lango Gate of Transition”.

“Ajang menjadi ruang dan transformasi, kreasi inovatif dengan bahasa ungkap personal maupun komunal,” ujar Camat Kuta Utara Drs A.A. Ngurah Arimbawa dalam keterangan resminya di LV8 Berawa, Minggu (18/2).

Dijelaskannya, festival akan digelar Kamis (22/2) hingga Minggu (25/2), mengkolaborasikan berbagai macam aktivitas seni dan budaya lokal.

Yang menarik perhatian adalah pertunjukan kecak kolosal 5.555. Rekor sebelumnya, tarian kecak dipegang di Kabupaten Tabanan dengan jumlah penari kecak sebanyak 5.000-an orang.

Selain itu, pameran seni visual dan patung, pertunjukan wayang inovatif, workshop seni lukis, live sketch, topeng dan recycle art. Juga digelar parade budaya, musik kolaborasi, workshop kuliner tradisional, hingga pembuatan lawar (masakan tradisional Bali), yang bahannya berasal dari laut.

“Kecak 5.555 adalah sebuah karya musik kecak instrumental. Disajikan secara konser. Mengambil format instrumental karena ingin memberikan ruang eksplorasi terhadap elemen-elemen kecak seperti warna suara dan formulasi kilitan kecak secara murni,” jelas Wakil Ketua Panitia Made Dwijiantara didampingi Prebekel Desa Tibubeneng I Made Kamajaya, Direktur Artisktik Pertunjukan Gede Tilem Pastika dan Kurator Seni Rupa Wayan Seriyoga Parta.

Kecak ini, mengambil babon dari kekayaan garap kecak Ulapan Blahkiuh, Badung. Selain mengolah elemen warna suara chorus ‘cak’, juga ada unsur bodi cak dengan memaksimalkan warna suara dari tepukan tangan, dada dan paha.

“Peserta kecak 5.555 merupakan gabungan dari perwakilan siswa SMK dan beberapa SMA di Kabupaten Badung. Keunikan dari Kecak 5.555 tidak hanya menampilkan peserta laki-laki, juga peserta perempuan (siswi),” sambung Dwijiantara.

Yang tak kalah menariknya, di 40 both yang ada, diantaranya menyuguhkan kuliner, Bali punya taste (sajian rasa) khas. Maka sesi Food and Beverage Corner akan menawarkan “Sensasi Rasa” yakni menggabungkan minuman tradisional Bali dengan buah lokal Bali seperti: juwet, sentul, kaliasem, cermai, bekul, kepundung dan lainnya. Ada juga herbal seperti vanili, kayu manis, kayu putih, kemiri, jahe, sereh, dan lainnya.

Tak lupa, tuak dan arak yang sangat melekat dengan masyarakat Bali. Bahan-bahan lokal ini akan diracik jadi minuman bercita rasa fusion; kombinasi antara traditional drink dan international style yang diracik menjadi sajian “cocktail”.

“Sebagai makanan pendamping, akan disajikan beberapa jajanan Bali seperti laklak, satuh, bendu, uli, pisang rai dan lain-lainnya,” imbuhnya.

Dalam kesempatan sama, Prebekel Tibubeneng I Made Kamajaya menambahkan, masyarakat Tibubeneng akan menghadirkan Sea Food Festival yang menghadirkan berbagai olahan laut dengan sensasi bumbu ala Bali.

Setiap banjar dari 13 banjar akan menghadirkan booth sajian mereka masing-masing. Masyarakat juga menyajikan berbagai garapannya masing-masing yang disajikan dalam parade seni budaya pada pembukaan festival oleh 13 banjar adat di daerah Tibubeneng.

Salah satu spot Berawa Beach Ats Festival Untuk parade budaya dikurasi oleh I Gede Tilem Pastika. Selain itu, berbagai lomba akan digelar seperti kompetisi pembuatan patung pasir, hingga lomba memancing. Di dalamnyapun akan melibatkan UMKM Bali. Di sela-sela festival tadi, dan akan digelar semiloka bertajuk “Pasisi Lango”: Pesisir sebagai Tonggak Peradaban.

Khusus program seni rupa, menghadirkan karya seni rupa “Site-art Project: Karya disuguhkan meliputi : seni lukis, patung, art installation, video art, performace art yang merespon ruangan dalam (indoor) dan luar (outdoor).

Selain itu, digelar pameran seni rupa akan diikuti puluhan perupa bereputasi nasional dan internasional yang berasal dari Bali, Yogyakarta, Bandung dan Batu, Jawa Timur. Mereka diantaranya, Ichwan Noor,Teguh Priyono,Hedi Heriyanto, Putu Sutawijaya, Putu Adi Gunawan, Nyoman Adiyana “Ateng”, Ismanto Wahyudi, Ketut Putrayasa,Wayan Upadana Tita Rubi (Yogyakarta) Nyoman Erawan, Agung Mangu Putra, Made Bhudiana, Chusin Setyadikara, Nyoman Sujana ,Ida Bagus Putu Purwa.

Berawa Beach Arts Festival juga akan menampilkan Performing arts & Music berupa: garapan tari dan komposisi musik yang mengangkat nilai-nilai pesisir Kuta Utara. Jangan lewatkan kolaborasi Agus Teja (flute music instrumental) dan Balawan (Guitar instrumental). ans

Tinggalkan Balasan