BENGKULU, HR – Koperasi Sejahtera Kota Bengkulu yang berlokasi di Kampung Bahari Kecamatan Kampung Melayu, dalam pembagian bahan bakar minyak solar kebutuhan kapal, khususnya solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) tidak merata alias hilang diduga dimonopoli oknum yang tidak bertanggungjawab atau hilang.
Akibatnya berdampak pada nelayan-nelayan kecil yang membutuhkan BBM solar, sehingga mereka tidak bisa beroperasi dilaut dan tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Disampaikan ketua DPC himpunan nelayan seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bengkulu, Ali Syukur Simatupang didampingi waka 1 dan waka 3, Joni Ardiansyah dan Romi Faslah di sekretariat HNSI Kampung Melayu, Kamis(14/11).
Lanjut Joni mewakili Ali kuota BBM untuk nelayan di Kota Bengkulu tergantung kebutuhan seperti kapal 3 GT membutuhkan minyak solar. 105 liter perhari.
Sementara itu untuk harga BBM solar khusus bagi nelayan kecil Rp.6.800,-
“Ada apa?, BBM untuk nelayan kecil yang sehari-hari mau melaut untuk mencari sesuap nasi untuk menghidupi keluarganya tidak ada minyak solar hingga berhari-hari menanti di TPI maupun Bahari walaupun sudah diusulkan penambahan BBM solar”, ungkap Joni pada Media.
BBM yang disalurkan perbulan dari pertamina mencapai 18.000 ton lebih. Artinya kebutuhan untuk satu kapal nelayan perbulan berkisar 500 liter lebih. Yang tragisnya nelayan yang sudah datang ke SPBUN BBM sudah habis, diduga dijual pada nelayan pemilik kapal besar dengan harga mencapai Rp. 9.000,- padahal nelayan sudah mendapat rekomendasi dari Koperasi yang bersangkutan maupun dari Dinas DKP Kota dan DKP Provinsi.
Sementara HNSI Kota Bengkulu sudah melakukan upaya seperti penambahan kuota BBM dari pemerintah dan meminta SPBUN tidak “main mata” dengan nelayan-nelayan besar karena mereka harusnya menggunakan BBM industri.
Selain itu harus ada pengawasan yang lebih ketat dari instansi berwenang (pemerintah, red) seperti PPNS DKP Kota/Provinsi dan Polisi Air Polda Bengkulu. Bila tidak, kebocoran akan terus berlanjut hingga masyarakat nelayan kecil menjerit. (Karena disalah gunakan oknum, red).
Sebab itu HNSI Kota Bengkulu tegas meminta lima SPBUN yang ada dikawasan Kampung Bahari harus benar-benar berpihak pada nelayan kecil dengan memenuhi kebutuhan BBM mereka. Dan kepada DKP Kota dan DKP Provinsi harus mengayomi nelayan kecil yang ada dikawasan Pulau Baai dan aparat penegak hukum harus mengusut dan menindak tegas oknum-oknum yang bermain.
Dalam pantauan dilapangan sejumlah kapal nelayan kecil hanya bersandar di Kampung Bahari dan TPI mereka tidak melaut karena sulitnya mendapatkan BBM. efendi silalahi