DENPASAR, HR – Pemerintah Provinsi Bali menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh penyelenggaraan ajang panjat tebing internasional yang digelar di Nusa Dua, 2 – 4 Mei 2025. Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, dalam sambutannya pada acara Welcoming Lunch International Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup Bali 2025 di Jayasabha, Denpasar, Kamis (1/5).
Ia menegaskan bahwa kompetisi ini bukan hanya ajang olahraga, namun juga sarana strategis promosi pariwisata. Hal itu berkenaan dengan sekitar 85 persen pendapatan masyarakat Bali bersumber dari sektor pariwisata. Pihaknya siap menganggarkan melalui APBD jika ke depan Bali kembali dipercaya menjadi tuan rumah.
“Kita akan buatkan lebih bagus lagi sehingga kami akan kaitkan dengan paket wisata bahari di Bali, ada panjat tebing, jetski, lari, tembak reaksi. Sehingga di samping berkunjung sebagai wisatawan, dia bisa bertanding untuk mencari juara,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Yenny Wahid, menekankan bahwa keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah kompetisi panjat tebing dunia bukan hal yang mudah, karena harus melalui proses bidding yang kompetitif dengan negara-negara lain.
Dikatakannya untuk menyelenggarakan kompetisi internasional ini, harus terdapat fasilitas internasional, sarana bandara yang menunjang, dan infrastruktur penunjang lainnya. Sehingga baru akan diberikan hak untuk menjadi tuan rumah.
“Jadi ini tentunya menunjukkan bahwa Bali adalah sebuah daerah yang dianggap punya sebagai sebuah destinasi internasional dan dianggap sebagai sebuah daerah yang punya standar internasional,” ungkapnya.
Ia menjelaskan banyak wisatawan saat ini tidak lagi hanya mencari destinasi wisata konvensional, melainkan pengalaman yang berkesan. Hal itulah yang menjadikan sport tourism semakin populer di berbagai negara, karena mampu menarik minat kunjungan yang tinggi. Melalui event-event olahraga bertaraf internasional seperti panjat tebing, wisatawan dapat menikmati keindahan alam sekaligus merasakan atmosfer kompetisi yang seru dan inspiratif.
Kompetisi ini diikuti oleh 32 negara dan 241 atlet. Terkait isu keikutsertaan peserta dari Israel, Yenny menegaskan bahwa tidak ada atlet dari negara tersebut yang mendaftar maupun bertanding dalam ajang ini.
“Kalau (Israel) mendaftar pun kami beri tahu, sulit mereka akan masuk karena pemerintah tidak akan berikan visa,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa situasi ini bukan bentuk diskriminasi, tetapi bagian dari regulasi yang berada di luar kewenangan penyelenggara lokal.
Selain menjadi ajang olahraga prestisius, kegiatan ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Bali.
Yenny juga menaruh harapan besar terhadap atlet Indonesia yang mengikuti ajang kompetisi kali ini. Ia yakin para atlet telah memasang target pribadi untuk mengharumkan nama Indonesia.
“Saya tidak mau memberikan tekanan pada atlet kita. Saya ingin mereka bertanding sebebas-bebasnya tapi tetap fokus,” harapnya. dyra