Awal Musim Hujan di Bali Mulai Bulan November

oleh -621 views
Awal Musim Hujan di Bali mulai Bulan November.

BADUNG, HR – Tiga bulan terakhir curah hujan di daerah Bali mengalami penurunan bahkan nyarins tidak ada sama sekali. Hal ini berbeda dengan satu tahun lalu dimana hujan masih turun sekitaran bulan Mei dan Juni walaupun dalam sehari dan dua hari.

Rendahnya curah hujan menandai terjadinya musim kemarau di wilayah Provinsi Bali, namun curah hujan akan kembali meningkat pada pertengahan bulan Oktober dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.

Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan yang ditemui di antor Balai Besar BMKG III, Jalan Raya Tuban, Kuta, Kabupaten Badung (11/09/2019) menegaskan bahwa berpatokan pada definisi musim hujan yang berarti curah hujan lebih dari 50 mm per 10 hari, awal musim hujan di beberapa daerah di Bali akan dimulai pada Bulan November dan Desember 2019.

“Dari 15 Zona Musim atau ZOM yang ada di Bali, 4 ZOM akan mengalami awal musim hujan pada bulan Desember 2019 yakni di daerah, Buleleng bagian barat, Buleleng bagian timur, Karangasem bagian utara, Karangasem bagian timur dan Nusa penida, sementara sisanya akan mengalami curah hujan cukup tinggi mulai bulan November 2019,” terang Taufik.

Waktu ini dapat dikatakan merupakan waktu awal musim hujan yang normal terjadi. Meskipun jika dibandingkan dengan rata-rata awal musim hujan periode 1981-2010 sebanyak 1 Zom diperkirakan sama dengan rata-ratanya, dan sebanyak 14 Zom diperkirakan mundur lebih lambat dari rata-ratanya, kemunduran tersebut tidak signifikan, yakni hanya sekitar dua atau tiga minggu saja, sehingga masih terhitung normal.

Selain itu, Taufik juga menekankan bahwa puncak curah hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2020, diikuti potensi angin kencang di daerah pesisir. Kondisi tersebut menjadi catatan bagi daerah dengan drainase kurang terkait potensi banjir, dan daerah dengan tebing dan daerah pertanian terkait potensi longsor.

“Kami memiliki sejumlah 104 alat sensor cuaca yang akan mendeteksi perkiraan hujan lebat, namun karena cuaca tidak dapat diprediksi jauh-jauh hari, maka kami akan terus mengupdate data yang kami miliki dan segera berkoordinasi dengan stake holder setempat apabila ada potensi hujan lebat dan angin kencang yang diperkirakan diikuti tanah longsor atau banjir,” tegas Taufik.

Terkait potensi curah hujan secara umum di Provinsi Bali, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Jembrana, Rakhmat Prasetya menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan curah hujan tertinggi ada pada Bali bagian tengah, diikuti Bali bagian selatan, dan Bali bagian utara. Pola curah hujan semacam ini tidak banyak berubah dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga dapat dikatakan potensi kebencanaan terhadap hujan lebat, angin kencang, atau petir juga dapat diantisipasi di daerah-daerah yang biasanya terdampak.

“Namun kami akan memperbaharui datanya, karena perbedaan antara cuaca dan iklim adalah untuk cuaca kami tidak dapat memberikan perkiraan jauh-jauh hari karena sangat tergantung dengan berbagai faktor. Namun masyarakat dihimbau untuk terus waspada pada angin kencang, petir, maupun potensi keberadaan nyamuk demam berdarah,” tutup Rakhmat. gina

Tinggalkan Balasan