Dusun Bangsal Behe Belasan Tahun Tanpa Listrik Warga Minta Pemerintah Tak Tutup Mata

Warga Dusun di Landak 20 Tahun Hidup Tanpa Listrik
Warga Dusun di Landak 20 Tahun Hidup Tanpa Listrik

Di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur nasional, Dusun Bangsal Behe di Desa Mu’un, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, masih belum menikmati aliran listrik. Selama hampir 20 tahun, sekitar 80 kepala keluarga hidup tanpa penerangan PLN.

Masyarakat hanya mengandalkan pelita dan genset untuk kebutuhan malam hari. Biaya bahan bakar genset yang tinggi membuat banyak warga tidak sanggup mengoperasikannya setiap hari. Aktivitas belajar, bekerja, dan beribadah pun terganggu. “Anak-anak kami belajar dalam temaram. Kami ingin listrik seperti warga lain,” kata salah seorang warga.

Bacaan Lainnya

Warga Tuntut Pemerintah Segera Bertindak

Kepala Dusun Bangsal Behe, Lisen, menjelaskan bahwa masyarakat telah mengajukan permohonan pemasangan listrik sejak 2021. Mereka menyerahkan proposal ke PLN UP2K Pontianak dan menembuskannya ke DPRD kabupaten, provinsi, hingga pusat.

Pada Mei 2025, warga bersama Kepala Desa Mu’un kembali menyampaikan pengajuan ke PLN Ngabang. Mereka membawa rekomendasi dari Bupati Landak. Namun, pihak PLN menjawab bahwa permohonan belum bisa dilaksanakan tahun ini karena keterbatasan anggaran.

Warga mempertanyakan alasan tersebut. “Proyek listrik berjalan di banyak tempat. Tapi dusun kami selalu tertinggal. Apakah kami sengaja diabaikan?” tanya seorang warga.

Desa Mu’un memiliki lima dusun. Namun hanya Dusun Bangsal Behe yang belum mendapat aliran listrik. Jaraknya sekitar 3.200 meter dari jaringan terdekat. Warga RT 06 Angkabang di Dusun Taras juga mengalami hal serupa. Sekitar 40 kepala keluarga belum menikmati listrik meski hanya berjarak 3.000 meter dari tiang eksisting.

Saat dikonfirmasi, Camat Ngabang, Nomensen, hanya memberikan jawaban singkat: “Itu sudah ada beritanya.” Kepala Dinas Pemdes Landak dan Manajer PLN Landak belum merespons permintaan klarifikasi.

Bhabinkamtibmas Desa Mu’un, Agus Priadi, menegaskan bahwa masyarakat sudah sangat menderita. “Mereka merasa tidak ikut merdeka. Ini bukan hanya soal listrik, tapi soal keadilan,” ujarnya.

Warga berharap pemerintah, PLN, dan wakil rakyat segera turun tangan. Mereka meminta agar janji pemerataan pembangunan yang diucapkan saat kampanye tidak hanya menjadi slogan politik. “Kami hanya ingin terang di malam hari. Jangan biarkan kami terus hidup dalam kegelapan,” tegas Lisen. lp

[rss_custom_reader]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *