Latar Belakang
Saat itu kami berencana untuk mengisi waktu luang ketika libur dengan pergi menikmati alam, pada awalnya tidak terpikir di benak kami kalau kami akan memilih Curug Cibeureum sebagai destinasi kami karena kami sempat berpikir untuk pergi ke Situgunung, namun karena beberapa dari kami sering ke sana maka kami memutuskan mencari opsi destinasi alam lainnya lalu terlintaslah nama Curug Cibeureum. Curug Cibeureum sendiri merupakan Curug atau air terjun yang terletak di kawasan wisata Pondok Halimun Salabintana Sukabumi, melihat lokasi Curug yang terletak di Salabintana membuat kami semakin mantap memilih Curug Cibeureum sebagai destinasi kami karena ada salah satu dari kami juga yang tinggal di daerah Salabintana.
Proses Persiapan
Kemudian kami menentukan titik kumpul di rumah teman kami yang berada di Salabintana, namun ada ketidaksesuaian dengan jadwal keberangkatan kami karena beberapa dari kami yang mengalami hambatan sehingga yang awalnya akan berkumpul di titik kumpul jam tujuh pagi dan mulai berangkat menuju curug di jam delapan pagi diundur cukup lama ke jam sepuluh di titik kumpul, kemudian terjadi keterlambatan lagi karena kami makan siang dulu sebelum berangkat sehingga kami baru benar-benar berangkat menuju curug di jam dua belas siang. Kami tidak mengenakan setelan olahraga ataupun pakaian tracking alam melainkan hanya pakaian kasual biasa dan membawa perbekalan seperti mi instan, cemilan dan minuman ringan
Perjalanan Menuju Curug
Pertama-tama kami mulai berangkat ke Pondok Halimun dengan jalan kaki, kenapa? Karena teman kami menawarkan rute belakang yang jarang dilalui orang sehingga suasana “tracking” lebih terasa, kami pun setuju-setuju saja dengan tawaran itu. Di rute itu kami melewati hamparan kebun teh dengan jalan berbatuan yang tidak diaspal sehingga cukup terjal bagi kami untuk berjalan sehingga cukup menguras tenaga ditambah terik matahari jam dua belas siang menambah rasa letih namun karena udara Salabintana tetap sejuk meskipun di tengah hari cukup membantu kami, kami terus melanjutkan perjalanan melalui pemukiman warga setempat dan melewati kebun teh lagi kami sampai di Pondok Halimun, itu pertama kalinya kami ke pondok halimun lewat jalur belakang dan terus berjalan ke portal menuju Curug Cibeureum.
Saat di portal kami bertemu dengan penjaga dan penjaga tersebut mengatakan bahwa akses ke Curug Cibeureum hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki dengan estimasi dua jam dan tak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor karena trek berbatuan curam, kami awalnya ragu untuk melakukan perjalanan setelah mendengar penjaga tapi kami tetap bersikukuh untuk melanjutkan perjalanan meskipun sebelumnya kami telah berjalan selama satu jam. Kemudian kami berjalan menelusuri jalan setapak yang berlumut selama setengah jam lalu kami berpikir bahwa apa yang dikatakan penjaga perjalanan dua jam itu benar. Trek yang kami lalui sangat beragam mulai dari jalan setapak, berbatuan, tanah, hingga sungai dengan batu loncat, kami juga melalui beberapa jembatan yang di bawahnya merupakan jurang yang dalam, kami terus mengikuti trek hingga akhirnya kami menemukan semacam pos untuk beristirahat meskipun pos tersebut terlihat sangat tidak terurus dengan atapnya yang sudah hancur, pos terbengkalai tersebut terletak di antara dua jalan dan terdapat plang yang menunjukkan arah curug ke kiri.
Saat kami beristirahat kami juga membaca sebuah plang tulisan lain yang tertulis bahwa banyak lintah di trek menuju curug, kami membaca bahwa ketika seseorang dihinggapi lintah orang tersebut tidak akan sadar sampai ia melihat lintahnya menempel di kakinya, sontak setelah membaca itu kami mengecek kaki kami masing-masing dan benar saja salah satu dari kami mendapati seekor lintah menempel di kakinya, lintah tersebut sangat susah dilepaskan dengan menggunakan tangan kosong sehingga kami melepaskannya dengan ranting pohon meskipun di plang tulisan menganjurkan untuk memberikan minyak kayu putih untuk melepaskan lintah. Setelah selesai beristirahat kami kembali melanjutkan perjalanan, kami baru sadar tidak ada orang lain selain kami selama perjalanan dari portal tetapi kami tidak terlalu menghiraukannya karena tidak ingin menciptakan kesan horor selama perjalanan.
Sampai di Curug
Setelah berjalan selama kurang lebih dua jam dari portal kami pun akhirnya sampai di titik curug, suara airnya bahkan terdengar jelas dari jauh. Curug megah setinggi enam puluh meter itu berhasil membuat kami terpukau, perjalanan selama dua jam terbayarkan dengan keindahan Curug dan kesejukan udara di sana. Kami pun menaruh tas dan mengeluarkan perbekalan dan memakannya sambil melihat curug, beberapa dari kami juga ada yang mencuci kakinya di air di bawah curug, kami harus mengurungkan niat untuk berendam karena suhu airnya sangat dingin dan kedalaman airnya juga dalam karena kami tidak melihat dasar air. Ada plang berlumut mengenai informasi terkait curug namun tulisan di plang tersebut sudah pudar dan juga terdapat semacam reruntuhan seperti bekas warung, mungkin karena akses ke curug Cibereum ini tidak bisa dilalui kendaraan bermotor sehingga tempat seperti warung dan pos menjadi tidak terurus. Meskipun begitu tak bisa dipungkiri suara air yang jatuh, suasana asri dan visual Curug memuaskan bagi kami.
Perjalanan Pulang
Setelah setengah jam menikmati curug kami memutuskan untuk pulang karena durasi perjalanan pulang kurang lebih sama dengan durasi saat berangkat yaitu sekitar dua jam, kami pun bergegas pulang melewati rute yang sama. Tak lama setelah itu kami dikejutkan dengan suara ranting pohon yang berayun di atas kepala kami, kami pun melihat ke atas ternyata ada kawanan monyet berukuran lumayan besar sedang berayun. Kami terus berjalan mengikuti rute yang sama akan tetapi kami salah belok ke rute yang lebih panjang sehingga kami masih di kebun teh saat sore menjelang malam, tidak ada lampu penerangan satu pun saat malam tiba sehingga kami mengandalkan senter di ponsel untuk penerangan ketika berjalan pulang di kebun teh, hal itu membuat kami sampai di rumah teman kami agak larut.
Kesan Penutup
Perjalanan kami ke Curug Cibeureum saat itu benar-benar berkesan bagi kami, meskipun menguras banyak tenaga akan tetapi semua itu terbayar dengan keindahan curug dan keasrian alam di sekitarnya, tetapi yang sangat berkesan ada di perjalanan pulang karena bahkan saat perjalanan pulang pun kami tidak bertemu orang lain yang berkunjung ke curug ditambah kami bertemu monyet-monyet bergelantungan di ranting pohon saat perjalanan pulang dan terakhir pengalaman berjalan melalui kebun teh di malam hari karena salah jalan membuat pengalaman tersebut tak terlupakan walaupun agak horor jika dibayangkan kembali. Curug Cibeureum merupakan curug menurut saya pribadi kurang cocok dikunjungi dengan keluarga karena trek jalannya yang lumayan ekstrim tapi sangat cocok untuk dikunjungi bersama teman-teman karena dapat menciptakan momen seru yang tak terlupakan. ida