SUKABUMI, HR- Penandatanganan MoU antara Yayasan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam bidang penelitian benda bersejarah, dimana kerjasama strategis ini membuka peluang luas bagi institusi pendidikan mulai dari tingkat PAUD sampai Perguruan Tinggi.
Pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath, KH. Fajar Laksana, mengatakan bahwa dengan penandatanganan MoU tersebut, lembaga pendidikan yang bernaung di bawah yayasan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath akan terlibat dalam rangkaian penelitian di berbagai bidang, khususnya terkait dengan benda-benda pra sejarah, bersejarah dan pada masa kemerdekaan yang terdapat di Museum Prabu Siliwangi. Kegiatan diramu dalam acara Seminar Hasil Penelitian BRIN Tahap 3 yang berlangsung di Aula Syekh Quro, Rabu (15/1/2025).
KH. Fajar Laksana menjelaskan bahwa kerjasama ini tidak hanya terbatas pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di museum, melainkan juga mencakup penyampaian hasil penelitian secara resmi dan publikasi hasil riset kepada masyarakat.
“Penelitian yang difokuskan pada benda-benda keramik, batu, dan logam telah menunjukkan betapa besar nilai sejarah yang terkandung dalam koleksi museum ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada keramik yang sudah ada sejak abad ke-10 Masehi, serta batu-batu yang diperkirakan berusia antara 20 hingga 30 juta tahun,” ujarnya.
Museum Prabu Siliwangi menyimpan koleksi ribuan benda bersejarah yang menjadi objek penelitian oleh BRIN. Meskipun telah dilakukan tiga kali penelitian, proses pengkajian terhadap koleksi museum ini masih belum selesai karena banyaknya jenis dan ragam benda yang perlu dipelajari lebih lanjut.
“Hasil penelitian pertama yang sudah disampaikan menyoroti keberadaan benda-benda yang berasal dari zaman pra-sejarah hingga masa kemerdekaan Indonesia. Benda-benda ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, yang tak hanya relevan dengan sejarah lokal, tetapi juga sejarah global,” katanya.
Selain itu, fokus penelitian adalah untuk mempelajari dan mengungkapkan lebih banyak informasi terkait artefak-artefak yang ditemukan di berbagai lokasi di wilayah Sukabumi dan sekitarnya.
“Saya berharap penelitian ini akan mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan budaya dan sejarah yang terpendam di daerah tersebut,” ucap. Fajar.
Selain penelitian benda-benda bersejarah di Museum Prabu Siliwangi, Ponpes Dzikir Al-Fath bersama BRIN juga berencana untuk penelitian di lima lokasi penting di Sukabumi. Salah satunya adalah Gunungkarang di Baros, Kota Sukabumi, yang merupakan lokasi geologi unik.
“Pihaknya akan mengajak para peneliti untuk melakukan survei ke lokasi-lokasi tersebut dengan izin dari pihak-pihak berwenang, seperti Wali Kota dan Camat setempat,”.
Selain Gunungkarang, tiga lokasi lainnya yang akan menjadi fokus penelitian adalah Gunung Tangkil, Gunung Cikakak, dan Gunung Tanjung di Palabuhanratu, yang diyakini memiliki kaitan erat dengan temuan-temuan geologi dan budaya.
Penelitian terhadap koleksi keramik di Museum Prabu Siliwangi juga menjadi sorotan dalam acara tersebut. Yusmaeni Telawati, seorang Peneliti Ahli Madya BRIN, menjelaskan bahwa koleksi keramik di museum ini mencakup berbagai jenis dan asal-usul, mulai dari Dinasti Ching di Tiongkok, hingga keramik dari Thailand, Jepang, dan Eropa.
Penelitian ini berfokus pada identifikasi dan pemahaman konteks sejarah dari keramik-keramik tersebut, yang di antaranya ditemukan di situs-situs bersejarah seperti Borobudur dan Tabanan pada abad 19 dan abad 20.
Menurut Yusmaeni, jika pihak museum berencana untuk memperluas ruang pameran, maka tempat khusus perlu disiapkan untuk menampung koleksi keramik yang semakin banyak dan beragam. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian koleksi serta mempermudah akses bagi masyarakat dan peneliti yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang benda-benda tersebut.
Dengan kerjasama yang terjalin antara Ponpes Dzikir Al-Fath dan BRIN, diharapkan penelitian dan pemahaman sejarah di wilayah Sukabumi akan semakin berkembang. Program ini tidak hanya menguntungkan dalam hal riset ilmiah, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya dan sejarah.
“Melalui kolaborasi ini, berbagai pihak dapat bersama-sama menjaga dan mengembangkan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan yang dimiliki oleh Sukabumi, serta memberikan kontribusi nyata terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia,” pungkasnya. ida