LANDAK, HR – African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat serta ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
Demikian di jelaskan dr Mike pada Kamis 27/1 di Aula Kantor Camat Sengah Temila kab Landak, Kalimantan Barat, saat sebagai nara sumber pada acara peyuluhan tersebut.
Dr Mike menjelaskan, kemudian tanda-tanda klinis ASF pada babi dapat dikenali dengan memperhatikan, kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum, diare berdarah, kemerahan pada telinga, demam tinggi, pendarahan kulit sianosis. Babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, tidak mau makan.
ASF dapat menyebar melalui, Kontak langsung, Nyamuk, Lalat & Agas, Pakaian peternak yang tidak sengaja berkontak langsung dengan babi yang sudah mati karena ASF.
“Peralatan peternakan, Kendaraan (Bekas ngangkut babi yang mati akibat ASF, Pakan yang terkontaminasi,” jelasnya.
Untuk babi yang terkena penyakit ASF, pesan dr Mike, langsung isolasi dan peralatannya dibersihkan serta dilakukan pengosongan kandang selama 30 – 40 hari.
Mengubur untuk mencegah penularan yang lebih luas. Ingat jangan dibuang ke sungai.
“Serta babi yang mati karena ASF tidak boleh dikonsumsi takutnya ada bakteri yg dapat mengganggu ataupun membahayakan kesehatan manusia apalagi dijual bisa kena pasal 378,” pesannya.
Mike menyatakan bahwa, hingga saat ini, belum ditemukan vaksin ataupun obat untuk pencegahan penyakit ASF.
Namun berdasarkan kajian, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke daerah kita diantaranya melalui, Pemasukan daging babi hutan, sisa-sisa air pencucian ataupun daging babi hutan yang kita jadikan pakan. Kontak dengan babi yang sudah terinfeksi di lingkungan sekitarnya.
Maka, langkah strategis utama dalam mencegah terjadi ASF adalah melalui penerapan biosecurity dan manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif untuk daerah yang berisiko tinggi.
“Prinsip biosecurity, pisahkan bersihkan dan disinfeksi menggunakan desinfektan, tujuan biosecurity mencegah masuk, tumbuh dan menyebarnya penyakit /virus,” tutupnya.
Kegiatan tersebut, dihadiri, Camat Sengah Temilah, Danramil, Kapolsek, Kades, Ketua BPD, PPL dan sejaumlah perternak babi disana. tim