LAMSEL, HR – (Plt) Bupati Lampung Selatan, H Nanang Ermanto, di wakili Asisten Bidang Keuangan Akar Wibowo hadiri Sedekah Laut di Kecamatan Rajabasa. Acara Ruwat Laut yang di motori oleh Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) yang di langsung di lapangan Desa Kunjir kecamatan Rajabasa, Kamis (12/9/2019).
Kegiatan yang dihadiri langsung oleh Manager Koaliasi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati, Executive Director Yayasan Plan International Indonesia, Dini Widiastuti, Kadis Perikanan, Kadis Pariwisata, Rini Ariasih dan Kadis Kominfo, M Sefri Masdian, Pangeran Seliwat agung Marga rajabasa, Camat Rajabasa, Sabtudin, serta warga Desa Kunjir dan Pulau Sabesi.
Dalam sambutannya, Plt Bupati yang di bacakan Akar wibiwo mengucapkan terimakasih kepada Kiara yang telah memberikan bantuan kepada masyarakat yang pernah menjadi korban tsunami selat sunda tahun 2018 di kecamatan Rajabasa.
Di katakan oleh Akar Wibowo bahwa kegiatan, “Ruwat Laut” dapat lebih diarahkan kepada budaya dan tradisi serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Jadikan kegiatan ini untuk memupuk dan meningkatkan rasa kebersamaan, serta persatuan dan kesatuan antar sesama,” ujar Akar.
Kemudian Akar Wibowo juga berpesan kepada para nelayan agar penangkapan ikan dilaut tidak menggunakan bom. Sebab, hal itu akan sangat merugikan dan pasti merusak biota laut yang ada. “Saya yakin, nelayan kita yang berada disini tidak melakukan pengebomam dalam menangkap ikan,” kata Akar.
Sementara, dalam kesempatan yang sama, Sekjen Kiara, Susan Herawati, memberikan bantuan perahu nelayan sebanyak 84 unit perahu jukung untuk nelayan dua Desa Kunjir dan nelayan Desa Tejang Pulau Sabesi.
Kepada media Susan Herawati meminta kepada Pemerintah daerah maupun provinsi untuk berani menolak izin untuk penyedotan pasir di sekita gunung anak krakatau (GAK) yang di nilai tidak ada sisi keuntungan pada masyarakat nekayan, hanya akan menguntungkan pihak pihak tertentu saja.
“Apa yang kami berikan saat ini tidak sebanding dengan penderitaan yang di alami oleh saudara saudara kita yang menjadi korban tsunami pada tahun 2018 lalu, maka dengan traoma yang masih tersisa jangan lagi masyarak ketakutan akan adanya penyedotan pasir tersebut, harus di tolak,” tegasnya.
Susan juga mengatakan bahwa saat mengetahui terjadi musibah di selat sunda, organisasinya berupaya semaksimal mungkin memberikan bantuan, sekalipun hanya sebatas perlengkapan sekolah, seperti sepatu dan baju.
Kami selama menjalani aktivitas kegiatannya di pesisir, banyak mendapatkan cerita dari masyarakat pesisir yang terdampak tsunami yang hampir frustasi karena lumpuh ekonomi. Mereka para nelayan, hanya bisa menatap laut tanpa bisa mengayuh perahu untuk menjemput rejeki karena perahu yang mereka miliki hancur di hempas gelombang.
“Kami tau, bantuan sebanyak 88 unit perahu (delapan puluh delapan) tidak sebanding dengan jumlah perahu yang rusak. Oleh karenanya, kami berharap bantuan ini dapat memberikan manfaat kepada nelayan agar dapat kembali menjemput rejeki dari hasil melaut,” pungkasnya. santi