Jalan Terjal Sarjana Menggapai Cita

NATUNA, HR – Engkau sarjana muda, resah mencari kerja, mengandalkan ijasahmu, empat tahun lamanya, bergelut dengan buku, ‘tuk jaminan masa depan.

Penggalan lagu Iwan Fals berjudul Sarjana Muda, sepertinya pantas untuk menggambarkan keadaan terkini, sulitnya para sarjana maupun lulusan SMA sederajat mencari pekerjaan di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Janji pemerintah daerah untuk membuka lapangan kerja sepertinya tinggal tembang kenangan, diatas mimbar kampanye saat pemilukada yang telah lalu.

Menyambangi rumah salah satu sahabat HR, yang dikenal di Natuna, Erwin Prasetyo namanya. Pria berperawakan besar tinggi ini, menjamu HR di kediamannya, Jumat sore (19/10), di daerah Batu Hitam, Natuna.

Disuguhi teh hangat dan singkong goreng, kami pun mulai bercerita tentang keadaan daerah, mulai dari ekonomi, politik, lapangan kerja, hingga tak sengaja “menyasar” ke kehidupan rumah tangga Erwin.

Erwin sudah berkeluarga, panah asmaranya, tepat dilesatkan ke hati perempuan idaman asal Pulau Tiga, bernama Ana Asmara, yang kini menjadi istrinya.

Keluarga kecil ini dikaruniai seorang anak lelaki, kini berusia 2 tahun lebih. Meski bekerja sebagai wiraswasta, penghasilan Erwin sudah mencukupi kebutuhan keluarga ini.

Namun, sebagai orang tua, Erwin dan Ana menginginkan buah hatinya kelak, bisa menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.

Berangkat dari situlah, Ana sebagai istri tak mau hanya “menonton” suami, berusaha sendiri membangun rumah tangganya.

Berbekal gelar sarjana, lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kabupaten Natuna ini, ingin memanfaatkan kesempatan, mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2018.

“Sekarang mau coba ikut seleksi CPNS, mana tau lolos jadi guru,” ucap Ana, ikut menimbrung dalam obrolan kami sore itu.

Pembukaan seleksi CPNS di Natuna, bak angin surga bagi para sarjana, khususnya yang belum bekerja. Otomatis, Ana harus bersaing ketat dengan peserta lainnya.

Bahkan, formasi dengan kualifikasi guru pendidikan Agama Islam, yang diikuti Ana, kuotanya untuk 26 orang saja. Sedangkan pendaftar pada formasi tersebut, mencapai ratusan orang dari berbagai wilayah, hingga luar Natuna.

“Di Natuna sudah biasa, lowongan untuk 2 orang saja, yang daftar bisa puluhan orang,” ujar Ana menggambarkan langkanya lowongan kerja.

Meski harap-harap cemas, Ana tetap optimis, apalagi didoakan oleh suami tercinta dan keluarga.

Perempuan kelahiran Desa Sabang Mawang, 26 tahun silam ini, juga tak pandai berdiam diri. Kini, Ana mengasah pengalamannya dengan menjadi Guru Sukarela, di salah satu SMK swasta di Natuna.

Bukan hanya itu potensi dirinya, Ana juga memiliki bakat sebagai pedagang, hal itu terbukti, jualannya berupa cumi kering dan jam tangan wanita, laris manis dijual di marketplace Facebook, grup jual beli barang khusus Natuna.

“Menjadi guru itu cita-cita saya, kalau dagang, sambilan aja,” tutur Ana sembari tertawa.

Ana juga telah memikirkan langkahnya, jika nanti ia tak lolos dalam seleksi CPNS. Menjadi guru sukarela, akan tetap dilakoni, karena guru merupakan cita-citanya, meski kini jalan ceritanya berbeda.

“Berfikir materialistis boleh, tapi harus tetap realistis. Harapan saya semoga pemerintah daerah merealisasikan janji-janjinya untuk menciptakan lapangan kerja,” ujar Ana di akhir perbincangan kami. fian

[rss_custom_reader]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *